Jumat, 25 Mei 2012

Pohon Pisang Penghalang Kebakaran Kebun Dan Hutan

Kebakaran merupakan ancaman serius pada perkebunan maupun hutan, guna memperkecil kemungkinan kebakaran pada huta atau kebun perlu di amankan dengan parit (biaya mahal) atau safety bet dengan pohon pisang, disamping mampu menahan api (karena hampir 85 % batang pisang kandungannya air) safety belt pisang juga akan menghasilkan pendapatan tambahan dari hasil buahnya. Pisang merupakan buah yang kaya akan vitamin dan karbohidrat. Kebutuhan akan pisangpun semakin hari semakin meningkat, Indonesia adalah Negara tropis yang sangat cocok untuk budidaya pisang. Budidaya pisang perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Lokasi penanaman Pisang cocok ditanam di dataran dengan ketinggian sampai 1000 dpl, pisang memerlukan tanah yang berhumus dengan air yang cukup tersedia. 2. Pembibitan Bibit pisang merupakan tunas (anakan) dari tanaman yang baik dan sehat. Apabila anda berminat budidaya pisang silahkan hubungi kami, mitra bibit bisa membantu anda dalam pengembangan budidaya pisang. 3. Persiapan lahan Pembasmian rumput dan gulma gulma lain Gemburkan tanah yang masih padat dan buat bedengan bedengan pada lahan yang akan ditanami. Untuk tanah yang miring perlu di buatkan saluran pengaturan air. Buat lubang ukuran 40 X 40 X 40 cm dengan jarak 4 X 4 m Campur tanah galian dengan pupuk kandang 4. Penanaman Tanah dan akar yang menempel pada pangkal bibit perlu di bersihkan, dan biarkan selama 2 hari Tanam bibit pisang dengan posisi tegak lalu siram cengan air secukupnya 5. Pemeliharan Setiap kumpulan keluarga pisang sisakan 3-4 batang Pangkas daun pisang yang sudah kering atau kuning Pengairan harus teratur dan terjaga Pupuk pisang 4 bulan sekali Apabila jantung pisang terkena hama, perlu dilakukan penyemprotan pestisida jantung pisang yang telah berjarak 20 cm dari pisang terakhir perlu di potong.Buah pisang akan lebih baik bila dibungkus dengan plastic yang telah dilubangi kecil kecil Selamat mencoba…! Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan menyediakan bibit Pisang dalam berbagai ukuran dan Kami melayani penjualan bibit baik dalam partai besar ataupun kecil,

Perdagangan Karbon hutan rakyat. hasnanhabib

Perdagangan karbon (carbon trading) selama ini hanya bisa dilakukan oleh Pemerintah, organisasi internasional, dan perusahaan. Sertifikat penurunan emisi dan peningkatan cadangan karbon adalah yang diperdagangkan di sini. Namun, tidak mudah meraihnya karena harus diperoleh melalui lembaga internasional yang sudah mengembangkan standard yang diakui secara internasional. Selain itu, nilainya pun cukup mahal jika ditanggung oleh pihak individu. Padahal, menurut Arif Aliadi sebagai Direktur Lembaga Alam Tropika Indonesia (Latin), carbon trading tidak perlu serumit itu. Masyarakat petani hutan pun bisa turut andil dalam transaksi ini. Apalagi mereka sudah terbiasa merawat hutan dengan cara mencegah dan menangani kebakaran hutan serta rehabilitasi pepohonan. "Menurunkan emisi dan peningkatan cadangan karbon sudah jadi bagian dari masyarakat. Tapi selama ini tidak dianggap sebagai carbon trading, tidak ada insentif untuk mereka," kata Arif dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (22/5). Latin mencoba menangani masalah ini dengan mendirikan proyek program perdagangan karbon oleh komunitas. Tujuannya untuk meningkatkan peran masyarakat dalam mengurangi gas emisi. "Belum ada pengakuan masyarakat sebagai pelaku utama, sebagai inisiasi pelaku perdagangan." Contoh peran masyarakat lokal terjadi di Koperasi Sedyo Makmur di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka mengelola hutan negara seluas 115 hektare dengan skema Hutan Kemasyarakatan (HKM) dengan perhitungan cadangan karbon yaitu 3.603 ton. Puji Rahardjo dari Java Learning Center (Javlec) menyatakan, jika harga per hektarenya bisa diperkirakan US$3 atau sekitar Rp28 ribu-an. Dengan demikian, masyarakat anggota Koperasi Sedyo Makmur sebanyak 254 KK bisa mendapat insentif sebesar Rp300 juta-an. "Petani hutan yang terlibat bisa mendapat keringanan Puskesmas, kemudahan akses pendidikan untuk anak-anak, dan diskon di warung khusus untuk sembako," kata Puji. Sayangnya hingga sekarang, belum ada pihak yang bersedia membeli cadangan karbon dari Koperasi Sedyo Makmur. Sebab, dari 15 metodelogi perhitungan carbon trading, belum ada satu pun yang bisa digunakan menghitung apa yang dimiliki masyarakat Gunung Kidul ini. "Metodelogi yang standar agak sulit dipenuhi masyarakat (Gunung Kidul) karena kebutuhannya masih standar internasional," kata Puji yang menambahkan jika perusahaan BUMN bisa jadi alternatif pembeli sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR). (Zika Zakiya)